BAB I
PENDAHULUAN
Alkalidimetri termasuk reaksi netralisasi
yakni reaksi antara ion nitrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida
yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral.Netralisasi
juga di katakana sebagai reaksi antara pemberi proton (asam) dengan penerima
proton (basa).
Suatu
indikator asam atau basa lemah yang berubah warna di antara bentuk
terionisasinya dan bentuk tidak terionisasinya. Sebagai contoh penoftalain (pp)
mempunyai pKa 9,4. Struktur penoftalein akan mengalami penataan ulang pada
kisaran pH ini karena proton di pindahkan dari struktur fenol dari pp sehingga
pH-nya meningkat akibatnya akan terjadi perubahan warna. (Sudjadi, 2007).
Dalam
metode ini, basa ,yang lazim di gunakan adalah NaOH. KOH kadang juga di gunakan
khususnya bila di kenhendaki pelarut etanol. Kelemahan KOH yaitu dalam pelarut
air, di man pengotoran dari K2CO3susah di pisahkan. Untuk
pekerjaan dengan akurasi tinggi di anjurkan menggunakan Ba9OH)2
karena pengotoran BaCO3 sukar laarut daalam air sehingga mudah di
buat bebas karbonat.
Baku
primer dalam baku primer adalah:
1. Kalium
biftalat. KHC8H4O4
Merupakan baku primer yang
sangat bagus untuk basa dengan tingkat keemurnian 99,95%, stabil dalam
pemaanasan, tidak hidroskopik.
Rumus bangun:
BE=
204,20
|
COOK
|
COOH
|
2. Asam
sulfamat
Rumus kimia : HSO3NH2
Berat molekul : 97,09
3. Kalium
hidrogen iodat
Rumus kimia : KH (IO3)2
4. Asam
sulfasalisilat
Rumus bangun:
BE=
389,91
|
COOH
|
SO3H
|
OH
|
Indikator
asam basa adalah asam basa orgaik lemah yang memiliki warnaa molekul (warna
asam) berbeda dengan warna ionnya (warna basa).
Warna ion
|
Warna molekul
|
Asam
|
Basa
|
Pada
pH tertentu, diman kedua bentuk ada dalam jumlah hampir yang sama, maka terjadi
warna kombinasi dari warna molekul dan warna ion. Daerah transisi dari
perubahan warna indicator yang meliputi lebih kurang dua unit pH di sebut
TRAYEK pH.(Frame. 2001).
Maksud
percobaan adalaah untuk mengetahui cara penentuan kadar suatu zat yang bersifat
asam dengan menggunakan larutan baku yang bersufat basa.
Tujuan
percobaan adalah untuk mengetahui cara penentuan kadar asam sitraat dengan
menggunakan larutan baku NaOH 0,1 N.
Prinsip
percobaan adalah untuk menentukan kadar asam sitrat di tambahkan indikator PP
dan di titrasi dengan larutan baku NaOH 0,1 N hingga terjadi perubahan warna
dari bening ke pink.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Teori
ringkas
Salah
satu analisis titrimetri adalah yang
melibatkan asam basa adalah nacidimetri dan
alkalimetri. Titrasi asam basa sangat berguna dalam dunia kefarmasian terutama
untuk reaksi-reaksi dalam pembuatan obat.Oleh karena itu aside alkalimetri
sangat perlu untuk di pelajari.
Salah
satu dari empat golongan utama dalam penggolongan analisis titrimetri adalah
reaksi penetralan atau acidimetri dan alakalimetri. Acidi dan alkalimetri ini
melibatkan titrasi basa yang berbentuk karena hidrolisis garam yang berasal
dari asam lemah (basa bebas) dengan suatu asam standar (acidimetri), dan
titarisi asam yang berbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah
(asam bebas) dengan suatu basa standar(alaklimetri). Bersenyawanya ion hidrogen
dan ion hidriksida untuk membentuk air merupakan akibat reaksi-reaksi tersebut.(http://materi-analisis-asam
–basa)
Titrasi
ini merupakan kebalikaan dari acidimetrik, karenaa laarutan standar yang di
pergunakan untuk menentukan asam disini adalah basa.Pada jenis titrasi ini, di
pergunakan indikator yang sejenis yaitu phenoplphtalain (PP) atau metil orange
(MO). Haal tersebut di laakukan karena jika menggunakan indicator yang lain
misalnya: T. B., 1. R atau yang lainnya, maka trayek pH-nya sangat jaun daari
titk ekuivalen. (Penuntun praktikum. 2011)
O
|
O
|
C
|
C
|
H3C
|
H3C
|
OH2
|
OH
|
Asam perklorat dalam larutan asam assetat
merupakan asam yang paling kuat di antara asam-asam umum yang di gunkan untuk
titrasi basa lemah dalam medium bebas air.Dalam TBA biassanya di tambahkan
dengan asaam asetat anhidrida tujuan untuk menghiliaangkan air yang ada dalam
asam perklorat.(Sudjadi. 2007).
Salah satu kelompok senyawa
organic yang juga sangat penting adalah amina. Senyawa amina di tandai dengan
gugus fungsi amino (-NH2). Senyaw amino dapat di anggap sebagai
turunan dari ammonia dengan mengganti satu, dua atau tiga hidrogen dari ammonia
dengan gugus organik.Berdasarkan gugus karbonnya maka amina di bedakan atas
amina alifatik jika terikat pada karbon alifatik, contoh CH3-CH2NH2
(etil amina), dan amina aaromatik jikaa gugus karbonnya adalah karbon aromatik,
contohnya C6H5-NH2 (anilin).Seperti halnya
ammonia, senyawa amina bersifat basa dan merupakan basa organik yang saangt
pentig. (Kimia Dasar. 2010).
Berikut di sajikan beberaapa bahan baku
primer untuk alkalimetri yang paling banyak di gunakan yaitu basa antara lain:
1. Kalium
ftalat. C3H4 (COOH) (COOK)2
Berdasarkan
reaksi itu, BE = BM. Indicator: penoftalaen atau biru timol. Untuk pemurnian,
hablurnya di Kristal ulang dari larutan dengan menambahkan cukup banyak kalium
karbonat untuk menetralkan asam ftalat bebas yang mungkin ada, di susul dengan
pengkristalan lagi dari laarutan air murni, kemudian di keringkan pada 125o
C.
2.
Asam
oksalat Kristal (COOH)2. 2H2O (BM = 126). Sangat stabil
dalam keadaan atmosfer biasa. Harus di titrasi sebagai berbasa dua dengan
indicator fenoftalaen aatau biru timol berdasarkan reaksi: 2NaOH + (COOH)2 (COONa)2
+ 2H2O
3. Kalium
biyodat, KH(IO3)2 (BM=389,9). Asam kuat sehingga dapat di
titrasi dengan indicator yang mempunyai trayek pH antara 4 dan 10. Banyak sifat
lain yang juga menguntungkan penggunaan garam ini sebagai bahan baku primer,
antara lain: nonhigroskopis, anhidrit, mempunyai BE tinggi, dan dapat di simpan
tanpa berubah. Dapat di keringkan dan tetap stabil pada 110o C.
4. Asam
sulfamat (Sulafamic acid). HSO3. NH2 (BM=97,09). Asam
kuat berbasa satu, dapat di titrasi menggunkan indicator denagn menggunakan
trayek pH antara 4 dan 10, khususnya biru bromtimol sangat sesuai. Kristal tak
berwarna, nonhigroskopis, cukup stabil padaa pengeringan sampai 105o
C. Bahan padatnya stabil, terhidrolisa bila terkena air atau dalam larutan.
(Harjadi. 1993).
B. Uraian Bahan
1. Aquadest
(FI Edisi III : 96)
Nama Resmi : AQUA
DESTILLTA
Nama Lain : Air suling,
aquadest
Berat Moleku : 18,02
Rumus Molekul : H2O
Pemerian : Cairan
jernih, tidak berwarna, tidak berbau
dan tidaak berasa.
Penyimpanan : Dalam wadaah tertutup
rapat
Khasiat penggunaan : Zat tambahan
2. Asam
sitrat (FI Edisi III : 50)
Nama Resmi : ACIDUM
CITRUCUM
Namaa Lain : Asam sitrat
Berat molekul : 210,14
Rumus
Molekul : C6H8O7.H2O
Pemerian : Hablur
tidak berwarna atau serbuk putih, tidak berbau rasa sangat asam, agak
gidroskopik, merapung dalam udara kering ataau panas.
Kelarutan : Larut dalam
kurang satu bagian air dalaam 1,5 etanol
(95%) p dan sukar larut dalam eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tetutup baik
Khasiat
penggunaan : Zat tambahan
3.
Natrium hidoksidum (FI Edisi III : 412)
Nama
Resmi : NATRII
HYDROXYDUM
Nama
Lain : Natrium
hidroksidum
Berat
molekul : 40,00
Rumus
Molekul : NaOH
Pemerian : Hablur
batang, butiran halus, hablur atau kepingan.
Kelarutan : Sebagai
mudah larut dalam etanol (95%) p.
Penyimpanan
: Dalam wadah
tertutup rapat
Khasiat
penggunaan : Zat tambahan
BAB
III
METODE
KERJA
A.
Alat
dan Bahan
1. Alat
yang di gunakan
a. Buret
b. Batang
pengduk
c. Erlenmeyer
d. Gelas
kimia
e. Gelas
ukur
f. Pipet
tetes
g. Sendok
tanduk
h. Statif
i. Timbangan
analitik
2. Bahan
yang di gunakan
a. Aquadest
b. Asam
sitrat
c. Indikator
PP
d. Natrium
hidroksida
B.
Cara
kerja
1. Pembuatan
larutan baku
a. Di
siapkaan alat dan bahan
b. Di
timbang NaOH sebanyak 1 gram
c. Di
masukan ke dalam labu ukur sebanyak 100 ml, kemudian di tambahkan volumenya
dengan aquadest sampai tanda.
d. Di
masukan ke dalam botol
2. Penetapan
kadar asam sitrat
a. Di
sipkan alat dan bahan
b. Di
timbang asam sitrat sebanyak 0,13 gram
c. Di
laarutkan dengan aquadest sebanyak 50 ml
d. Di
aduk dengan batang pengaduk, hingga homogen
e. Di
masukkan ke dalam labu ukur sebanyak 100 ml, kemudian di tambahkan 100 ml
sambil di kocok.
f. Di
pipet dari laarutan tadi kemudian di masukan kedalam Erlenmeyer
g. Di
tembahkan indikator PP sebanyak satu sampai 2 tetes sambil larutan baku HCl 0,1
N di masukan ke dalam buret.
h. Di
titrasi asam sitrat yang ada dalam Erlenmeyer yang telah di beri indikator pp
dengan menggunakan larutan baku yang ada dalam buret.
i. Di
bakukaan hasil tadi dengan melihaat perubahan warna yang terjadi pada
Erlenmeyer dari warnaa bening menjadi mudah.
j. Di
catat volume titrasi
k. Di
.ulangi percobaan 3 kali.
BAB
IV
HASIL PENGAMATAN
HASIL PENGAMATAN
A.
Tabel
Pengamatan
NO
|
Berat
Sampel
|
Volume
titrasi
|
Volume
akhir
|
|
Titrasi
awal
|
Titrasi
akhir
|
|||
1
|
0,87
|
0,0
ml
|
14,5
ml
|
14,5
ml
|
2
|
0,87
|
14,5
ml
|
29,6
ml
|
15,1
ml
|
3
|
0,87
|
29,6
ml
|
43,5
ml
|
13,9
ml
|
Perhitungan
Berat sampel rata-rata
Volume titrasi rata-rata
Mgrek asam sitrat = Mgrek NaOH
Mg = B x N x V
=
70,05 x 0,1 x 14,5
=
101,57
%
kadar
B.
Reaksi-reaksi
1.
Asam
sitrat + NaOH
CH2
|
CH2
|
COOH
|
COOH
|
C
|
COO
|
COONa
|
COONa
|
HO
|
C
|
HO
|
CH2
|
COOH
|
COO
|
CH2
|
COONa
|
+
2H2O
C. Pembahasan
Alkalidimetri termasuk reaksi
netralisasi yakni reaksi antara ion nitrogen yang berasal dari asam dengan ion
hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat
netral.Netralisasi juga di katakana sebagai reaksi antara pemberi proton (asam)
dengan penerima proton (basa).(Sudjadi. 2007).
Pada
proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yang ditambahkan
sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan perubahan warna. Perubahan
warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi. (http://
asidimetri-alkalimetri)
Pada percobaan ini di lakukan penetapan
kadar estral dengan menggunakan metode alkalimetri. Titrasi alkalimetri ini
merupakan titrasi dengan menggunakan larutan baku yang di gunakan yaitu
bersifat basa dalam pendapan kadar suatu zat yang bersifat asam. Asam larutan
baku yang di gunakan yaitu NaOH 0,1 N dan indikator PP.
Pada percobaan ini di lakukan tiga kali
perlakuan dengan penimbangan asam sitrat yang sama yaitu 0,87 gram. Pada
titrasi pertma di catat volume titrasi 14,5 ml dan pada titrasi ke dua di dapat
yaitu vilume titrasi 15,1 ml serta pada titrasi yang ki tiga yng di dapat yaitu
133,9 ml. sedangkan pada berat sampel rat-rata yang di dapat yaitu 0,87 ml dan
volume titrasi rata-rata yang di dapat yaitu 14,5 ml. serta % kadar yang di
dapat yaitu 11,67%. Hasil yang di dapat tidak sesuai dengan yang ada di
Farmakope Edissi III yang menytakan bahwa % kadar asam sitrat yang mengandung
tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebi dari 101,0%.
Adanya perbedaan yang di dapat dengan
yang ada di Farmakope Edisi III di sebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
1. Penimbangan
yang di lakukan kurang teliti
2. Alat
yang di gunakan kurang steril
3. Penentuan
titik akhir yang kurang akurat
4. Zat
yang di gunakan sudah terkontaminasi dengan zat lain
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdaasarkan percobaan yang dilakukan
maka dappat di simpulkan bahwa kadar asam sitrat yang di dapat yaiti 111,67%.
Kadar ini tidak sesuai dengan di Farmakope Edisi III yang menyatakan kadar asam
sitrat tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 101,0%.
B.
Saran
Kami sebagai praktikan mengharapkan agar
bahan-bahaan yang ada di dalaam laboratorium kimia sbaiknya di perhatikan
sebelum di gunakan, serta kami menghapkan bimbingan dari asisten.
DAFTAR
PUSTAKA
Dirjen POM. RI. 1979.Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI: Jakarta.
Dirjen POM. RI. 1995.Farmakope Indonesia Edisi IV.Depkes RI:
Jakarta
Harjadi,
W.1993.Ilmu Kimia Analitik Dasar.PT.
Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
Raymond’s.2001.Analysis
Chemistry Of Pharmacy.Pharmacon Sciences OfRyd Collection: Makassar
Sudjadi. 2007.Kimia Analis Farmasi. Universitas Gadjah
Mada: Yogyakarta.
Tim Dosen. 2001.Penuntun Praktikum Kimia Analis.Universitas
Indonesia Timur: Makassar.